Kami Anak Anak PII:

Pelajar Islam Indonesia. Berjiwa Kepemimpinan, Berfikir Kritis, Cerdas, Cendikia,Dan Militan

15 Sep 2011

Mendamai Ambon Manise

Kembali bergolak Ambon Manise. Puluhan nyawa menjadi korban dan ratusan rumah terbakar. Sebenarnya ada keganjilan-keganjilan dalam peristiwa bentrokan ini, karena bersamaan dengan tragedi 11 September dan dalam kondisi politik negeri yang entah kemana arahnya.

Masyarakat Ambon mayoritas beragama Islam dan Kristen. Dan jumlah pemeluk agama Islam lebih sedikit ketimbang agama Kristen, umat Islam di sana pada umumnya lihai dalam perdagangan dan ekonomi. Sedangkan umat Kristen sebagian besar memilih menjadi Tentara dan pegawai negeri.

Di daerah Maluku terutama Ambon memang terkenal sebagai daerah konflik, terutama disebabkan oleh gerakan RMS (Republik Malaku Selatan). Peristiwa bentrokan kemarin sebenarnya hampir sama dengan peristiwa tahun 1999. Kejadian itu terjadi pada tahun 2000 dan terindikasi bahwa oknum RMS pun terlibat.

Bukan hal yang aneh jika peristiwa ini diliputi oleh kepentingan asing, terutama dalam kaitanya dengan war on terrorist yang dikomandoi oleh AS. ”Ada upaya untuk mensetting dari moment 11 September” demikian menurut ketua presidium Mer C, Joserizal Jurnalis, SpOT, sebagaimana dikutip voa-islam.com (12/09).

Selama ini belum ada penyelesaian tuntas dari pemerintah dalam masalah tersebut, bahkan terbilang cenderung menutup-nutupi. Sebagai contoh: Gus Dur, yang waktu itu menjabat sebagai presiden RI terlalu hemat ketika menyebut korban dari kerusuhan tersebut yang menyatakan korban hanyalah lima orang.

Padahal menurut laporan KONTRAS saja, jumlah korban sejak pecahnya pertikaian di Poka pada tanggal 15 Juli hingga 5 Agustus 1999, tercatat 1.349 orang korban meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan 4 orang hilang. Dalang-dalang utamanya sampai saat ini pun belum terungkap. Bagaimanapun, gerak lamban sang pemangku kebijakan hanyalah akan membuat polemik ini semakin membesar.

Realitas juga mengatakan, meski Indonesia adalah mayoritas Muslim, seringkali pemerintah terlalu peka jika itu pihak non muslim yang menjadi obyek, namun sebaliknya serasa memberlakukan tidak adil apabila umat Islam yang menjadi pesakitan.

Publik menunggu tindakan tegas dan berkeadilan dari pemerintah dalam hal ini. Sebab perdamaian tanpa adanya keadilan hanyalah pepesan kosong belaka. Kerusuhan ini merupakan efek domino dari kerusuhan-kerusuhan sebelumnya, sehingga harus diusut tuntas siapa yang bermain.

Mengherankan tentunya jika sampai inteligen negara tidak mengetahui situasi pra kejadian. Pertanyaanya, apakah sebelumnya bentrokan ini tidak bisa dicegah? Yang jelan bentrokan ini harus ditindaki dengan benar dan serius.

Pertikaian antar agama ini juga menunjukkan ketidakmampuan sistem sekular kapitalisme, demokrasi dan sistem-sistem buatan manusia lainnya dalam menjaga persatuan dan kesatuan umat. Sistem khilafah sudah terbukti mampu menjaga heteroginitas sebuah masyarakat. Maka sudah saatnya kita beralih pada sistem khilafah.

Salah satu buktinya, ketika Rasulullah Saw dan para sahabat hijrah ke Madinah, daerah itu penduduknya bukan hanya memeluk agama Islam, tapi juga Kristen, Yahudi, bahkan juga masih tinggal orang-orang musyrik. Akan tetapi, Muhammad Saw sang kepala negara sukses mengatur dan menyejahterakan rakyatnya dengan menggunakan sistem Islam. Oleh karena itu, hanya sistem Islam yang dapat mengatur kemajemukan dengan baik. Dengan sistem Islam, Ambon manise pun niscaya bisa mendamai. Wallahu a’lam

Ibnu Abdullah Fatih
e-mail : fatchul.wachid@yahoo.com.my
sumber : Voa-islam.com; Eramuslim; Republika; Suara Hidayatullah; Arrahmah.com
Share it Please

Unknown

pengurus Daerah Pelajar Islam Indonesia yang Berada Di Jawa Tengah Yaitu Kabupaten Pati. Dan Ini Merupakan Postingan Dari kepala bidang Komunikasi Umat Dan Dari Pengurus Lain.

0 komentar:

Posting Komentar

silakan komentar dengan bahasa yang santun dan sopan

Copyright @ 2013 PII Pati. Designed by Templateism | Love for The Globe Press